• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Lagi.. dan Masih Tentang Kamu..

    Monday 23 December 2013

    Cinta itu bisa tumbuh kapan saja. Dia akan datang tanpa diminta, dan dia akan berkembang jika dipelihara dengan baik.
    Bagiku cukuplah dia yang sekarang kucintai. Meski awalnya kumulai hubungan ini hanya dengan rasa ketertarikan yang sering terjadi. Tapi kali ini beda. Aku merasa tidak hanya tertarik kala pertama kali aku melihatnya. Aku merasa ada hal lain yang jarang aku rasakan. Semua itu semakin kuat ketika aku diberi kesempatan untuk lebih banyak mengenalnya.
    Satu pelajaran yang kudapat dari masa lalu, aku termasuk orang yang acuh tak acuh, peduli tak peduli, dan lebih cenderung sering mengabaikan hal-hal yang mengancam hubunganku. Tetapi aku sadari, itu semua salah. Banyak efek buruk yang kutemukan dari sikapku sebelumnya. Termasuk aku kehilangan rasa dan aku sadar terlalu banyak menyakiti orang-orang dimasa laluku. Aku hanya ingin memperbaiki apa yang salah selama ini. Aku cukup banyak belajar tentang bagaimana berpikir sedikit lebih dewasa tentang suatu hubungan. Meskipun aku masih dalam taraf ‘belajar’.
    Aku tak mau lagi kehilangan rasa akibat apa yang sering kuperbuat. Aku selalu membuat kelonggaran untuk pasanganku, dan aku paham segala sesuatu yang dibiarkan longgar dan terlalu longgar itu lama-lama akan lepas dengan sedirinya. Aku hanya ingin membuat hubunganku sekarang lebih ideal mungkin. Aku tak mau lagi mendominasi atau didominasi. Aku mau jika pasanganku benar-benar menjaga dan melindungiku, bukan sebaliknya. Aku mau merasakan bagaimana pasanganku hadir lebih dari apa yang aku harapkan. Hmmmm, dan tentunya tanpa dia harus menjadi orang lain terlebih dahulu.

    Aku berkata apa adanya, aku menulis apa adanya, aku menatapmu dengan kedua mataku, dan aku menilai dengan segala indra yang kupunya. Dan bagiku, kamu………… sempurna untuk segalanya…

    Menjadi Fotografer Pro atau Sekedar Hobi ?

    Yang membedakan fotografer pro dan amatir hanyalah sumber pendapatannya, tidak ada hubungannya dengan kualitas foto yang dihasilkan. Fotografer pro adalah mereka yang mencari nafkah dari karya foto mereka. Sementara fotografer amatir adalah mereka yang menganggap fotografi sebagai murni hobi dan kegemaran, sementara pendapatan utamanya berasal dari pekerjaan utamanya. Bisa jadi yang amatir sesekali dapat uang dari fotonya, tapi itu sifatnya lebih kepada bonus. Asumsi bahwa fotografer pro pasti lebih jagoan dibanding yang amatir sebaiknya ternyata tidak benar. Yang benar, mereka yang pro adalah memang profesinya fotografer.

    Dalam Bahasa Inggris, kata “amateur” didefinisikan sebagai: “one who does an activity for the sheer joy of doing it“, alias amatir adalah mereka yang mengerjakan sesuatu hanya karena memang senang melakukannya dan tidak mengharap imbalan komersial. Asal muasa kata amatir dari Bahasa Latin, “amour” yang artinya cinta.

    Orang sah-sah saja ingin jadi fotografer pro dan meninggalkan pekerjaan utamanya, banyak yang berhasil banting setir dari amatir ke pro, namun terus terang saja lebih banyak yang gagal. Banyak yang kaget setelah menjadi fotogafer pro, mereka harus pintar mencari pasar. Mereka harus pintar marketing. Aktifitas memotret menjadi tidak se-menyenangkan seperti saat masih menjadi hobi, dan lain-lain. Ternyata untuk sukses menjadi seorang fotografer pro, pintar memotret saja sangat tidak cukup.

    Peluang untuk jadi pro masih akan selalu terbuka lebar bagi yang serius. Semuanya akan lancar asalkan dilandasi kemampuan memotret yang bagus serta sikap dan kemampuan bisnis yang mumpuni. Masalahnya adalah banyak yang modalnya nekad, yang menjajakan jasa memotretnya dengan sangat murah sehingga secara jangka panjang bisnis fotografinya tidak langgeng.


    Untuk itulah Fotoseeds, sebuah situs web yang ingin mengajarkan sisi bisnis fotografi kepada para fotografer membuat infografis dibawah ini. Sangat informatif dan sebaiknya dipelajari oleh siapapun yang ingin serius dalam fotografi. Pada akhirnya, pilihan anda bermuara pada dua hal: menjadi pro atau cukup menganggap fotografi sebagai sebuah hobi. Fotografer pro adalah seorang pebisnis, business owner yang harus memikirkan kelangsungan usahanya agar langgeng dan sehat secara finansial (mendatangkan profit). Pehobi fotografi adalah mereka yang membuat foto murni karena mencintai proses memotret itu sendiri dan memiliki profesi lain sebagai gantungan nafkahnya. Pilih secara bijaksana. Silahkan pelototi infografis dibawah ini (klik disini untuk gambar resolusi besar) :



    Setting DSLR Anda..

    Optimalkan setting  manual pada kamera anda

    Biasa jadi semenjak pertama seseorang membeli kamera digital, mode yang senantiasa dipakainya untuk memotret adalah mode AUTO. Alasan pertama karena mode ini memang menjadi mode yang paling mudah dipakai dan relatif bisa diandalkan pada berbagai macam situasi tanpa takut hasil fotonya akan mengecewakan. Alasan kedua mungkin karena kebetulan pada kamera digital itu hanya tersedia mode AUTO saja, sehingga ‘terpaksa’ tidak bisa berkreasi lebih jauh dengan mode manual. Memang pada umumnya kamera digital berjenis point-and-shoot dirancang amat simpel dan tidak dilengkapi dengan banyak fitur manual layaknya kamera prosumer. Namun bagi anda yang memiliki kamera dengan fitur manual, masihkah anda tetap memakai mode AUTO setiap saat?



    Artikel ini akan mengajak anda untuk mengoptimalkan fitur-fitur manual yang ada pada kamera digital anda. Sebagai langkah awal, pertama tentunya adalah kenali dulu fitur manual apa saja yang tersedia di kamera anda, mengingat tiap kamera memiliki spesifikasi yang berbeda. Coba kenali dan periksa kembali spesifikasi kamera anda, akan lebih baik bila semua fitur manual di bawah ini tersedia pada kamera anda :

    Manual sensitivity/ISO, artinya pada kamera tersedia pilihan untuk menentukan nilai sensitivitas sensor/ISO mulai dari AUTO, 100, 200, 400 hingga 1600. Ada kamera yang bahkan untuk menentukan nilai ISO sepenuhnya adalah AUTO, ada kamera yang nilai ISO terendahnya di 50, dan ada kamera yang sanggup mencapai ISO amat tinggi (3200, 6400 hingga 10000). Artikel soal ISO ini pernah saya buat disini.

    Advance Shooting Mode : P (Program), A (Aperture Priority), S (Shutter Priority), M (Manual). Lebih lanjut akan kita bahas nanti.

    Exposure Compensation (Ev), digunakan untuk mengkompensasi eksposure ke arah terang atau gelap. Apabila eksposure yang ditentukan oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan kita, fitur ini dapat membantu. Naikkan Ev ke arah positif untuk membuat foto lebih terang dan turunkan untuk mendapat foto yang lebih gelap. Biasanya tingkatan/step nilai Ev ini dibuat dalam kelipatan 1/3 atau 1/2 step.

    Manual focus, suatu fitur yang tidak begitu banyak dijumpai di kamera saku. Berguna apabila auto fokus pada kamera gagal mencari fokus yang dimaksud, seperti pada objek foto yang tidak punya cukup kontras untuk kamera mengunci fokus (karena kerja auto fokus kamera berdasar pada deteksi kontras).

    Manual White Balance, untuk mendapatkan temperatur warna yang sesuai dengan aslinya. Bermacam sumber cahaya yang berlainan sumbernya memiliki temperatur warna (dinyatakan dalam Kelvin) berbeda-beda, sehingga kesalahan dalam mengenal sumber cahaya akan membuat warna putih menjdi terlalu biru atau terlalu merah. Umumnya semua kamera digital termasuk kamera ponsel telah memiliki fitur auto White Balance yang bisa beradaptasi pada berbagai sumber cahaya. Namun sebaiknya kamera anda memiliki keleluasaan untuk mengatur White Balance secara manual seperti Daylight, Cloudy, Tungsten, Flourescent dan manual adjust.

    Flash intensity level, berguna untuk mengubah-ubah kekuatan cahaya dari lampu kilat pada kamera. Hal ini kadang berguna saat hasil foto yang diambil dengan lampu kilat ternyata terlalu terang atau justru kurang terang.

    Fitur manual manakah yang paling berdampak langsung pada kualitas hasil foto? Karena fotografi adalah permainan cahaya (exposure) dimana tiga unsur pada kamera yang menentukan adalahShutter speed (kecepatan rana), Aperture (diafragma) dan ISO, maka fitur manual paling penting menurut saya adalah fitur manual P/A/S/M dan fitur manual ISO (sejauh yang saya amati, apabila sebuah kamera telah memiliki fitur P/A/S/M, maka kamera tersebut juga telah memiliki fitur manual ISO). Pada prinsipnya, kamera (dan fotografer) akan berupaya untuk menghasilkan sebuah foto yang memiliki eksposure yang tepat. Artinya, foto yang dihasilkan semestinya tidak boleh terlalu gelap atau terlalu terang. Gelap terangnya foto yang dibuat oleh kamera ditentukan dari ketiga faktor tadi, dimana :

    shutter bertugas mengatur berapa lama cahaya akan mengenai sensor (atau film pada kamera analog), dinyatakan dalam satuan detik. Semakin singkat kecepatan shutter maka semakin sedikit cahaya yang masuk, dan demikian pula sebaliknya. Biasanya kamera memiliki kecepatan shutter mulai dari 30 detik hingga 1/4000 detik.

    aperture memiliki tugas mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke lensa (dengan memperbesar atau memperkecil ukuran difragma), dinyatakan dalam f-number berupa skala pecahan mulai yang terbesar hingga terkecil (contoh : f/2.8, f/3.5, f/8 dsb). Nilai f-number kecil menandakan bukaan diafragma besar, sedang nilai f besar menunjukkan bukaan diafragma kecil. Nilai maksimum dan minimum dari diafragma suatu kamera ditentukan dari lensanya, dan nilai ini akan berubah seiring dengan perubahan jarak fokal lensa.

    ISO menentukan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya sehingga semakin tinggi nilai ISO maka sensor akan semakin peka terhadap cahaya meski dengan resiko meningkatnya noisepada foto. Faktor ISO ini menjadi pelengkap komponen eksposure selain shutter dan aperture, terutama saat kombinasi shutter dan aperture belum berhasil mendapatkan nilai eksposure yang tepat.

    Pada kamera terdapat suatu alat ukur cahaya yang fungsinya amat penting dalam menentukan eksposure yang tepat. Alat ukur ini dinamakan light-meter, fungsinya adalah untuk mengukur cahaya yang memasuki lensa, biasa disebut dengan metering (biasanya terdapat dua macam pilihan metering pada kamera, yaitu average/multi segment/matrix dan center weight/spot). Hasil pengukuran ini dikirimkan ke prosesor di dalam kamera dan digunakan untuk menentukan berapa nilai eksposure yang tepat. Setidaknya inilah cara kerja semua kamera yang diopersikan secara otomatis melalui mode AUTO.

    Tidak semua foto yang diambil memakai mode AUTO memberikan hasil eksposure yang memuaskan. Terkadang nilai shutter dan aperture yang ditentukan secara otomatis oleh kamera tidak sesuai dengan keinginan kita. Untuk itu keberadaan fitur manual P/A/S/M dapat membantu mewujudkan kreatifitas kita dan pada akhirnya bisa membuat foto yang lebih baik.

    Inilah hal-hal yang bisa anda lakukan dengan fitur manual eksposure P/A/S/M pada kamera anda :

    Program mode (P). Huruf P disini kadang artinya diplesetkan sebagai ‘Pemula’ karena sebenarnya di mode ini hampir sama seperti memakai mode AUTO (oleh karena itu mode P ini relatif aman untuk dipakai sebagai mode standar sehari-hari). Bila pada mode AUTO semua parameter ditentukan secara otomatis oleh kamera, maka pada mode P ini meski kamera masih menentukan nilai shutter dan aperture secara otomatis, namun kita punya kebebasan mengatur nilai ISO, white balance, mode lampu kilat dan Exposure Compensation (Ev). Tampaknya tidak ada yang istimewa di mode P ini, tapi tunggu dulu, beberapa kamera ada yang membuat mode P ini lebih fleksibel dengan kemampuan program-shift. Dengan adanyaprogram-shift ini maka kita bisa merubah variasi nilai pasangan shutter-aperture yang mungkin namun tetap memberikan eksposure yang tepat (konsep reciprocity) . Bila kamera anda memungkinkan program-shift pada mode P ini, cobalah berkrerasi dengan berbagai variasi pasangan nilai shutter-aperture yang berbeda dan temukan perbedaannya.

     Aperture-priority mode (A, atau Av). Mode ini optimal untuk mengontrol depth-of-field(DOF) dari suatu foto, dengan cara mengatur nilai bukaan diafragma lensa (sementara kamera akan menentukan nilai shutter yang sesuai). Aturlah diafragma ke bukaan maksimal (nilai f kecil) untuk mendapat foto yang DOFnya sempit (objek tajam sementara latar belakang blur) dan sebaliknya kecilkan nilai diafragma (nilai f tinggi) untuk mendapat foto yang tajam baik objek maupun latarnya. Biasanya pada lensa kamera saku, bukaan diafragma maksimal di f/2.8 (pada saat wide maksimum) dan bukaan terkecil berkisar di f/9 hingga f/11 (tergantung spesifikasi lensanya). Namun dalam situasi kurang cahaya, memperkecil diafragma akan membuat eksposure jadi gelap, untuk itu biarkan nilai diafragma pada posisi maksimal saat memotret di tempat yang kurang cahaya.

    Shutter-priority mode (S, atau Tv). Mode ini kebalikan dari mode A/Av, dimana kita yang menentukan kecepatan shutter sementara kamera akan mencarikan nilai bukaan diafragma yang terbaik. Mode ini berguna untuk membuat foto yang beku (freeze) atau blur dari benda yang bergerak. Dengan memakai shutter amat cepat, kita bisa menangkap gerakan beku dari suatu momen olahraga, misalnya. Sebaliknya untuk membuat kesan blur dari suatu gerakan (seperti jejak lampu kendaraan di malam hari) bisa dengan memakai shutter lambat. Memakaishutter lambat juga bermanfaat untuk memotret low-light apabila sumber cahaya yang ada kurang mencukupi sehingga diperlukan waktu cukup lama untuk kamera menangkap cahaya. Yang perlu diingat saat memakai shutter cepat, cahaya harus cukup banyak sehingga hasil foto tidak gelap. Sebaliknya saat memakai shutter lambat, resiko foto blur akibat getaran tangan akan semakin tinggi bila kecepatan shutter diturunkan. Untuk itu gunakan fitur image stabilizer (bila ada) atau gunakan tripod. Sebagai catatan saya, nilai kecepatan shutter mulai saya anggap rendah dan cenderung dapat mengalami blur karena getaran tangan adalah sekitar 1/30 detik, meski ini juga tergantung dari cara dan kebiasaan kita memotret serta posisi jarak fokal lensa. Pada kecepatan shutter sangat rendah di 1/8 detik, pemakaian stabilizersudah tidak efektif lagi dan sebaiknya gunakan tripod.

    Manual mode (M). Di level mode full-manual ini, fotograferlah yang bertugas sebagai penentu baik nilai shutter dan apertureLight-meter pada kamera tetap berfungsi, namun tidak digunakan untuk mengatur nilai eksposure secara otomatik melainkan hanya sebagai pembanding seberapa jauh eksposure yang kita atur mendekati eksposure yang diukur oleh kamera. Di mode ini dibutuhkan pemahaman akan eksposure yang baik, dalam arti fotografer harus mampu untuk mengenal kondisi cahaya pada saat itu dan dapat membayangkan berapa nilai shutter dan aperture yang diperlukan. Bila variasi kedua parameter ini tidak tepat, niscaya foto yang dihasilkan akan terlalu terang atau terlalu gelap. Namun bila sukses memakai mode manual ini, kita bisa mendapat foto yang memiliki eksposure yang baik melebihi foto yang diambil dengan mode AUTO, Program, Aperture-priority ataupun Shutter-priority. Contohnya pada saat mengambil foto sunset di pantai dimana dibutuhkan feeling yang tepat akan eksposure yang diinginkan.

    Dengan memahami fungsi-fungsi dari sitting manual pada kamera, diharapkan kita mau mencoba-coba berkrea dengan setting tersebut dan mendapat hasil yang memuaskan. Selamat berkeria

    Foto Kembang Api Tahun Baru

    Foto kembang api menjadi menu wajib saat terjadi pesta kembang api  yang diselenggarakan minimal setiap malam tahun baru. Bagaimana membuat foto kembang api yang menarik dan tajam? Ikuti tips memotret kembang api dibawah ini agar foto kembang api tahun baru anda lebih oke :



    Jangan Menebak Arah Kembang Api

    Salah satu kesulitan utama memotret kembang api adalah karena arah munculnya susah ditebak, karena itu jangan menebaknya. Cukup arahkan lensa dan set zoom anda supaya bisa menyapu area yang cukup luas (lensa zoom standar cukup ideal dipakai pada kondisi ini). Dengan begitu, dimanapun munculnya kembang anda bisa memotretnya dengan baik. Baru setelah anda mengeditnya di komputer, kita bisa crop foto sesuai selera, apakah mau crop sempit hanya di ujung kembangnya saja ataukah luas mencakup area sekelilingnya. Idelanya, kita bisa menanyakan pada panitia pesta kembang api tahun baru mengenai teknis peluncuran, disebelah mana diluncurkan dan ke arah mana arah saja meluncurnya kembang api tersebut. Dengan begitu kita bisa memilih posisi terbaik dimana kita bisa membuat kompoisi foto yang paling ideal.

    Tripod Wajib Dipakai

    Sehebat apapun tangan menjaga kestabilan kamera, akan sangat sulit menghasilkan foto kembang api yang tajam dan tidak berbayang. Anda wajib membawa tripod jika menginginkan foto kembang api yang layak dipajang di ruang tamu atau di upload di komunitas foto. Selain tripod standar yang agak merepotkan, anda juga bisa memanfaatkan Gorillapod. Selain tripod, jika anda memiliki shutter release (baik kabel maupun wireless) bawa dan pakailah. Dengan shutter release, mata anda akan bisa bebas mengawasi langit sehingga kemungkinan anda memperoleh momen yang pas lebih besar. (Baca tips membeli tripod).

    Gunakan Resolusi Terbesar Kamera Agar Foto Kembang Api Anda Oke Di Crop

    Gunakan ukuran foto terbesar yang bisa dihasilkan kamera anda. Set ukuran file Large dikamera anda (Baca lebih jauh mengenai piksel dan resolusi disini). Jadi saat mau di crop, hasil foto yang sudah dipotong masih cukup bagus untuk dicetak ukuran besar. Lebih ideal lagi jika kamera memiliki fitur RAW, manfaatkanlah. Jangan lupa gunakan ISO rendah 100 atau 200 agar noise terjaga.

    Matikan Autofokus

    Karena arah munculnya lumayan acak dengan gerakan yang cukup cepat ditambah kondisi minim cahaya, autofokus kamera akan keteteran. Matikan autofokus dan gunakan fokus manual (baca cara menggunakan manual fokus disini). Cara paling mudah adalah di manual fokus, set fokus lensa di infinity (baca cara set fokus ke infinity disini). Satu lagi, jangan lupa saat anda mengubah zoom lensa, set fokus yang baru)

    Matikan Flash

    Flash dikamera anda tidak akan berguna sama sekali saat pemotretan kembang api karena jangkauannya yang pendek dan bahkan bisa memperburuk foto karena menerangi daerah yang tidak perlu, karena itu matikan.

    Tips Setting Eksposur

    Lebih baik gunakan mode manual eksposur, dan untuk kondisi pemotretan kembang api pada umumnya, pakai setting eksposur berikut: Kecepatan kembang api normal: Aperture F/16 -  Shutter 2 detik dan ISO 100 atau Aperture: f/14 – shutter 2 detik dan ISO 200; Kembang api rentetan cepat: Aperture: f/18 – Shutter 1.25 detik dan ISO 100
    Tentu saja anda bisa bebas merubah setting sesuai selera jika mau, ini hanya sekedar saran. Tips: Jika anda mengikutkan bagian bangunan, ukur eksposur dibangunan tadi lalu ubah sedikit di under. Baca pengertian exposure disini.

    Memotretlah Sebanyak – banyaknya

    Ya, karena anda tidak perlu membeli film, jangan batasi diri, bidik dan jepret sebanyak yang anda mau. Makin banyak anda jepret, paling tidak makin banyak foto bagus yang bisa didapat. Jangan malu kalau terlihat heboh sendiri, kalau hasilnya bagus malunya terbayar lunas



    Oke, selamat menghasilkan foto kembang api tahun baru anda.

    Ray Of Light



    RoL merupakan faktor WAH yang hebat dalam photography, namun sayangnya RoL cukup sulit untuk didapatkan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambar RoL, antara lain :

    1.      Cara Alami
    2.      Cara Rekayasa Di Lapangan
    3.      Cara Pasca Pengambilan Gambar.

    Cara Alami

    Cara alami tentunya sangat bergantung pada kondisi alam ditempat pengambilan gambar dengan persyaratan yang dibutuhkan sebagai berikut :

    ·                     sumber cahaya dari depan, biasanya tersembunyi antara dedaunan pohon dan
    hanya mengintip sedikit
    ·                      cuaca agak berkabut (biasanya pagi/subuh atau sore hari)

    Cara alami ini butuh keberuntungan dan ketekunan. Sepengalaman saya cukup sulit mendapat konsep, momen dan tema yang pas dengan hanya dalam sekali season pengambilan. Jika kita mendapat konsep, momen dan tema yang bagus, rasanya perlu kita datang lokasi tersebut beberapa kali untuk pengambilan gambar. Sepengalaman saya waktu tersedianya momen yang memungkinkan mendapat RoL sangat terbatas. Jadi untuk mendapatkan ROL yang bagus, tidak cukup datang satu kali saja ke satu tempat, biasanya berkali-kali, atau yang paling gampang, lewat aja tiap hari , pasti suatu saat nemu yang paling bagus. Waktu motret biasanya saya lakukan sejak pukul 7.30 s/d maksimal 8.30 pagi, kadang masih bisa bagus walaupun sudah jam sembilanan.

    Sebagai contoh gambar/foto di atas hanya terjadi kurang dari setengah jam pada saat pertama pengambilan gambar (gambar paling atas), sehingga pada waktu mendapat konsep dan sudut tembak yang tepat, momen RoL sudah sirna (maklum harus mencopot sepatu dan menyeberangi sungai berbatu dengan hati-hati).

    Dari pandangan saya gambar diatas bukanlah gambar/foto yang berkualitas dari segi konsep dan tema. Tetapi seperti tulisan saya yang sudah-sudah, bahwa esensi dari tulisan ini yang ingin saya kedepankan, yaitu : memberikan wacana how to segera kepada rekan-rekan yang membutuhkan, agar dapat segera dipraktekan. Seperti motto yang saya anut : lakukan segera apa yang kamu tahu, hasil dan kualitas akan datang seiring dengan pengalaman dan ketekunan mencoba dan belajar. Dan ini compatible dengan konsep photography yang mengedepankan coba … coba … dan terus mencoba untuk mendapatkan produk berkualitas.

    Prinsip : seorang maestro photography tak akan pernah menjadi maestro kalau tidak pernah mencoba mempraktekan ilmu yang diperolehnya.
    Beberapa teknik yang digunakan mendapatkan RoL adalah sebagai berikut :
    1.    Perlengkapan

    ·                     Kamera
    ·                     Lensa standar 18 – 55 mm dan atau 70 – 300 mm
    ·                     Filter GND 0.6x
    ·                     Flash tambahan, kalau ada
    ·                     Tripod, kalau ada

    2.    Setelan

    ·                     Focal length : 25 mm s/d 55 mm
    ·                     ISO speed : ISO 200 s/d 400 tergantung ketersediaan cahaya
    ·                     Exposure: 1/25 sec s/d 1/400 sec
    ·                     Aperture : f/2.5 s/d f/5.6
    ·                     Exposure Compensation : 0 s/d – 2
    ·                     Flash : ON atau OFF

    Setelan tidak dapat ditentukan (tidak mutlak, hanya sebagai acuan awal penyetelan) tergantung pada ketersediaan cahaya matahari, kelembaban udara/kandungan uap/kabut, jarak bidik, konsep foto dan lain-lain. Latihan berulang-ulang akan melatih insting/naluri penyetalan kamera yang menentukan setelan yang tepat dalam waktu yang singkat.

    Pemakaian filter Graduated Neutral density atau Grad ND (GND) Untuk menyeimbangkan exposure antara bagian atas dan bawah, tanpa filter GND anda hanya akan mendapatkan siluet karena filter GND digunakan untuk menghindari perbedaan eksposur antara tanah dan langit yang kontras, karena jika anda membidik ke arah matahari (walaupun mungkin rendah), Anda akan mendapatkan warna langit (putih) yang dominan dan tanah yang hitam sehingga siluet akan muncul dengan menggunakan filter GND maka langit akan terlihat lebih gelap dan  tercipta suasana lebih dramatis.

    Flash disetel ON atau OFF atau bahkan ditambah dengan Flash tambahan sangat tergantung pada ketersediaan cahaya matahari dan exposure yang ingin dicapai.


    Memotret Foto dengan Teknik Panning untuk Pemula

    Foto panning secara umum adalah sebuah foto yang memperlihatkan efek gerak suatu objek. Foto yang diambil dengan teknik ini biasanya memperlihatkan suatu objek bergerak sebagai titik fokus sedangkan objek lain/background akan terlihat blur (bergerak). Foto ini dibuat dengan cara menggerakan kamera mengikuti gerakan objek secara searah. Berikut adalah beberapa tips memotret fotopanning bagi anda yang ingin mencobanya.



    1. Persiapkan Kamera anda
    Dalam teknik ini, disarankan anda mengatur kamera pada modeshutter priority – T atau Sv hal ini bertujuan agar kita dapat menggeser shutter speed pada angka yang lebih rendah dibandingkan yang biasa kita gunakan. Dalam hal ini anda harus mampu mengira-ngira kecepatan gerak objek yang akan diambil fotonya sehingga anda mampu menentukan shutter speed yang sesuai.

    Berikut beberapa contoh pengaturan shutter speed yang bisa anda jadikan referensi:

    Sepeda gunung uphill/downhill: 1/30 sampai 1/50 detik
    Orang joging/ sepeda sanai: 1/20 detik
    Balapan motor/mobil : 1/100 sampai 1/200 detik
    Mobil: sekitar 1/50 detik

    *Tentunya setting akan berbeda sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

    2. Cara Menentukan Fokus
    Kita bisa menggunakan auto atau Manual fokus dalam memotret dengan teknik foto panning. Namun disarankan untuk menggunakan manual fokus karna kaera aksn kesulitan mencari titik fokus apabila objeknya bergerak.
    Cara yang biasa digunakan untuk mengambil foto panning adalah:

    • Tentukan titik dimana anda akan menekan shutter unuk memotret objek.
    • Tentukan itik fokus pada titik tersebut
    • Siapkan frame gambar yang cukup luas agar objek dapat tertangkap utuh.
    • Ikuti gerakan objek, pada saat objek berada pada titik yang anda tentukan tadi, tekanlah shutter.
    • Jangan langsung melepas shutter, tahan shutter sambil tetap ikuti gerakan si objek.
    3. Tips  Menggerakkan Lensa dan Kamera

    Untuk menghasilkan foto yang terlihat tajam, gerakan lensa harus tenang dan stabil dan arahnya harus selurus dengan sumbu horisontal: dari kiri ke kanan atau sebaliknya tanpa diikuti naik/turun, atau goncangan.  Semakin lembut dan tenang cara anda mengikuti gerakan objek utama, maka foto yang dihasilkan akan semakin tajam.

    4. Gunakan monopod untuk hasil yang lebih sempurna.




    Monopod atau bisa juga tripod, dapat membantu anda untuk mencegah shake atau goncangan pada waktu memotret foto panning.

    Teknik Sederhana Membuat Siluet dan Foto Backlit

    Di awal-awal saya pernah menulis tentang memanfaatkan cahaya matahari untuk fotografi. Salah satunya adalah untuk teknik ‘backlit’ atau memberi cahaya pada objek dari belakang tanpa menjadikannya siluet. Mungkin kamu belum tahu bedanya, foto backlit adalah dimana objek diterangi dari bagian belakang tetapi masih jelas detil bagian depannya, yang khas dari foto semacam ini adalah munculnya garis cahaya (rim light) di sekeliling objek yang member kesan keemasan. Sementara siluet adalah dimana objek diterangi dari belakang secara total sehingga hasil akhirnya hanya berupa bentuk hitam di depan sumber cahaya. Dua jenis foto ini sebenarnya hanya punya sedikit sekali perbedaan teknik. Bedanya hanya di sudut kemiringan kamera! Sehingga kamu bisa mempelajari keduanya secara bersamaan.


    Waktu yang paling ideal untuk membuat dua jenis foto ini adalah ketika matahari sedang rendah, sesaat sesudah matahari terbit dan sebelum tenggelam (yang dalam dunia fotografi dikenal dengan istilah ‘golden hour’.) Kenapa? Karena posisi matahari pada waktu-waktu ini akan memberi sudut datang cahaya yang miring, sehingga objek bisa dengan mudah diletakkan di depannya. Pada tengah hari, ini jelas tidak mungkin karena matahari ada di sudut tertinggi dan sinarnya kan jatuh tepat di atas objek. Selain itu, cahaya pada saat golden hour adalah yang paling indah di sepanjang hari. Kuning keemasan dan berpendar. Oke, sekarang kita lihat tekniknya.

    Foto diatas adalah siluet. Kamu tidak bisa melihat detil dari objek kecuali tepiannya (outline). Tapi, ingat, siluet bukan bayangan. Siluet adalah objek yang menutupi cahaya, sementara bayangan adalah pantulan objeknya. Bagaimana siluet terjadi? Syarat pertamanya, objek harus ada di depan sumber cahaya dan kamera sejajar dengan sumber cahaya tadi. Ketika matahari ada di posisi rendah (misalnya sore hari), atur kemiringan kameramu agar matahari seluruhnya masuk dalam frame, lalu tempatkan objek di depannya. Catatan : saat kamu memotret dan melihat melalui viewfinder, objek tidak akan tampak seperti siluet karena matamu lebih sensitif pada cahaya dan masih bisa melihat detil pada objek. Baru setelah foto diambil, kamu akan melihat efeknya muncul.
    Pengaturan exposure tentunya berpengaruh pada hasil. Ingatlah tiga elemen penentu exposure : ISO, shutter speed, dan aperture. Untuk foto diatas, saya menggunakan ISO 100 (gunakan yang paling rendah karena matahari akan mengarah langsung pada sensor dan akan sangat terang),  shutter speed 1/2500 (karena terang dan kamu ingin siluet, shutter speed harus cepat untuk meminimalisasi rekaman cahaya), dan aperture f/5 (bukaan diafragma diatur agak besar supaya sekeliling siluet tidak underexposed atau terlalu gelap).

    Nah, sementara foto yang diatas ini adalah contoh dari penggunaan backlit. Objek masih berdiri di tempat yang sama, tapi saya yang berpindah. Sewaktu mengambil foto siluet diatas, saya berlutut agak jauh dari objek, sehingga matahari seluruhnya masuk dalam frame. Sementara untuk foto backlit ini saya berdiri dan mendekat, dan hanya membiarkan sedikit bagian dari matahari masuk ke dalam foto yang akhirnya menciptakan efek rim light ini. Kalau kamu penggemar sun flare, kamu bisa naikkan sudutnya sedikit supaya spektrum cahaya juga tertangkap. Yang istimewa dari efek backlighting, seperti yang bisa kamu lihat, adalah bagaimana matahari memberi ‘bingkai’ di sekeliling objek. Membuat pinggirannya bercahaya dan ada nuansa pudar yang menyenangkan dari silaunya cahaya.
    Untuk foto backlit ini, saya mengganti pengaturan exposure menjadi ISO 100, shutter speed 1/60, dan aperture f/6. Efek ini sangat populer untuk portrait natural karena memberi kesan hangat dan artistik.
    Mudah kan? Menjelang musim kemarau ini, kamu bisa dengan mudah mendapatkan cahaya sore yang indah untuk belajar membuat dua jenis foto ini. Selamat mencoba :)

    Depth Of Field


















    Foto di atas menggunakan teknik DOF. DOF secara sederhana dapat diartikan sebagai ruang ketajaman atau ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Dalam istilah fotografi, dikenal dua jenis DOF, DOF lebar dan DOF sempit.

    1. DOF Lebar, berarti sebagian besar obyek foto, baik obyek foto terdekat dari kamera sampai obyek terjauh akan fokus/tajam.


    2. DOF Sempit, berarti titik fokus/tajam hanya akan ada pada bagian obyek tertentu, sedangkan sisanya blur/tidak fokus.


    APERTURE

    Mari kita pahami dulu tentang aperture. Aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto. Jadi, saat kita menekan shutter lubang di depan sensor kamera akan terbuka, settingan aperture inilah yang mengatur besar kecil bukaan tersebut. Fungsi aperture selain sebagai jendela yang mengatur sedikit banyaknya cahaya yang masuk, juga berfungsi untuk mengatur efek ngeblur dan fokusnya obyek pada foto kita.

    Dalam kamera bukaan diafragma dilambangkan dengan huruf  ” f ” (misal: f 3.5 ; f 5.6 ; f 8, dsb). Nah, sedikit rumus (walah kaya Matematika):

    1. Semakin kecil angka ” f ” (f 1.8, f2, dsb) berarti semakin besar lubang diafragmanya dan semakin banyak volume cahaya yang masuk, lalu DOF akan semakin sempit
    2. Semakin besar angka “f” (f 8, f 22, dsb) berarti semakin kecil lubang diafragmanya, semakin sedikit volume cahaya yang masuk, lalu DOF akan semakin lebar.


    bentuk bukaan diafragma


    Ilustrasi Pengaruh Bukaan F

    Sudah kebayang prinsipnya?

    PRAKTEK

    Ayo pegang kameranya, kita coba setting mode kamera pada mode Aperture




    Foto Efek Starburst Membuat Lampu Tampak Seperti Bintang - Bulb



    Membuat sumber cahaya malam hari tampak berpendar seperti bintang membuat foto malam kita tampak lebih keren. Efek ini biasanya disebut efek starburst. Untuk membuat starburst, hal mendasar yang harus kita pahami adalah membuat bukaan lensa sekecil mungkin, artinya kita sebaiknya menggunakan angka aperture yang besar (f/11 s.d f/22) dan sebaiknya memanfaatkan lensa yang memiliki focal length lebih pendek.
    Kenapa harus seperti itu? well, penjelasannya akan panjang. Singkatnya adalah secara fisika cahaya akan mengalami difraksi (penyebaran) saat melewati lubang sempit (hmm sempit…). Sifat penyebaran cahaya inilah yang membuat sumber cahaya (lampu, bulan, matahari) akan terlihat berpendar dan memiliki lidah, jumlah lidah akan bergantung pada jumlah bilah (blade) aperture dalam lensa anda, lihat spek lensa yang anda miliki, pasti akan ada tertulis “aperture blade”. Sementara untuk menjawab kenapa sebaiknya memilih angka f yang besar dan focal length yang lebih pendk, silahkan baca artikel Memahami Angka Aperture Dalam lensa danMemahami Aperture.

    Kalau masih belum jelas, silahkan lihat gambar berikut ini:


    Gambar diatas menunjukkan, semakin kecil bukaan (angka f semakin besar), lidah cahaya akan semakin maksimal. Sementara di angka f yang kecil, sumber cahaya tampak tanpa burst sama sekali.


    Tips Foto Starburst Malam Hari:

    1. Gunakan Tripod – Memotret malam hari dengan angka f yang besar, misal foto diatas dengan f/18, membuat shutter speed akan sangat lama, bfoto diatas 25 detik kenapa?. Jadi pastikan anda memakai tripod agar hasil foto tidak seperti lukisan grafiti.
    2. Perhatikan setting kamera – Untuk jenis foto seperti ini, gunakan angka f yang besar: f/11 atau lebih besar. Set ISO di angka yang rendah, dibawah 400, karena kita akan memotret long exposure. Anda bisa menggunakan mode manual maupun aperture priority, yang jelas perhatikan angka metering kamera. Untuk pemotretan malam hari seperti ada kecenderungan hasil akan over exposure (terlalu terang), jadi pakai exposure compensationangkanya bervariasi tergantung dari lingkungan sekitar, coba pakai under 1 stop sebagai awal dan sesuaikan setelahnya.
    3. Setting Fokus – Dengan angka aperture besar, kita tidak akan terlalu pusing memikirkan fokus, namun kalau mau aman ambil titik fokus secara manual, atau set di infinity.
    4. Manfaatkan highlight alert kamera – anda tahu kan? itu lho peringatan bling-bling yang muncul di LCD saat kita memotret subyek yang terang.
    5. Mulai Memotret – dan jangan malas mengulang dan mengubah setting kalau hasilnya belum sesuai keinginan.